A. Menjalani Taubat yang Benar
Allah Swt. Maha Pengampun. Dia senantiasa mengampuni dan memaafkan kesalahan dan dosa para hamba-Nya, meskipun dosa-dosanya itu setinggi gunung, sedalam samudra, dan sebanyak busa lautan. Dia memperkenankan do'a hamba-Nya yang selalu memohon ampun atas segala dosa. Allah selalu membuka pintu maghfirah-Nya bagi para hamba-Nya yang berkubang dosa.
Sebagai manusia, kita sering lupa dan salah. Tak ada seorangpun yang bisa terlepas dari dosa dan salah secara keseluruhan. Meskipun kita tidak jadi berbuat maksiat, terkadang kita sudah berniat dalam hati untuk melakukannya. Walaupun tidak ada niat untuk melakukannya, hati kita tidak terlepas daro godaan setan yang membisikkan niat jahat dan melalaikan diri dari dzikir kepada Allah.
Taubatan nasuha berarti taubat yang dilakukan semata-mata mengharapkan ridha Allah. Para ulama telah menentukan beberapa syarat taubat yang harus dipatuhi supaya taubat yang harus dipatuhi supaya diterima oleh Allah, yaitu:
- Menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan
- Menyucikan diri dari dosa dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa san maksiat.
- Berazam tidak akan melakukan dosa kembali selagi hayat masih dikandung badan.
- Menebus kesalahan yang terkait dengan orang lain.
- Mengqadha' ibadah fardhu yang pernah ditinggalkan.
- Allah Swt. akan menghapus semua dosanya, sehingga ia kembali suci laksana bayi yang baru lahir tanpa dosa.
- Allah akan menghapus jejak/bekas dosa-dosanya hingga tak terlihat lagi. Dia akan melalaikan catatan amal yan tertulis oleh Malaikat Raqib dan 'Atid, melalaikan kesaksian anggota-anggota tubuhnya atas amal yang pernah dilakukannya. Sehingga, pada hari kiamat, ia datang menemui Allah dengan jiwa yang bersih dan suci.
- Allah akan menutupi aibnya dan tidak akan mempermalukannya dihadapan menusia di akhirat kelak.
- Allah yang Maha Pemurah akan menggantikan keburukan hamba yang bertaubat dengan kebaikan dan pahala di sisi-Nya. Allah hendak menjadikan dosa-dosanya tertutupi oleh pahala kebaikannya.
Setiap orang pasti mmpunyai masa lalu, baik yang menyenagkan ataupun menyedihkan. Segala sesuatu yang telah terjadi tidak mungkin terulang lagi. Terkadang kita ingin kembali ke masa lalu, agar kita tidak berbuat salah. Tetapi ini adalah sesuatu yang nustahil. Sebenarnya kita boleh saja menyesali kesalahan yang terjadi di masa lalu, asalkan tidak berbihan. Untuk memperbaiki kesalahan itu, kita memohon ampun kepada Allah, meningkatkan amal shalih, memperbanyak berbuat kebaikan, dan menjalin silaturahmi dengan orang lain.
C. Muraqabah
Muraqabah berarti merasakan kehadiran Allah di dalam diri. Dengan ungkapan lain, muraqabah merupakan upaya untuk menghadirkan allah di dalam diri dengan mengawasi tingkah laku kita. Dengan bermuraqabah, kita senantiasa berbuat baik dan menghindari berbuat buruk karena takut kepada Allah. Hal itu dikarenakan kita merasa Allah selalu mengawasi dan berada dekat dengan kita. Muraqabah berdampak positif bagi diri dan kehidupan kita, seperti:
- Kita memiliki rasa malu yang dapat menghindarkan diri dari perbuatan maksiat.
- Kita senantiasa berhati-hati dalam segala ucapan dan perbuatan.
- Kita pernah merasa ditnggalkan oleh allah, meskipun sendirian tanpa teman.
- Kita tidak mudah putus asa dalam menjalani ujian hidup.
- Kita dapat menjadi hamba Allah yang mukhlis.
- Muraqabatullah akan membentuk ma'iyatullah. Dengan ini kita tidak akan merasa cemasenghadapi segala sesuatu.
Muhasabah berarti introspeksi diri dari segala sesuatu. Dengan ungkapan lain, muhasabah merupakan usaha seseorang untuk menghitung banyaknya dosa untuk kebaikan yang yang sudah dan belum dikerjakan. Jika seorang bersenantiasa bermuhasabah, maka ia akan berhati-hati dalam bersikap. Sebab, malaikat Raqib dan 'Atid selalu mencatat apapun yang dilakukan oleh orang. Muhasabah bisa dibedakan menjadi beberapa macam:
- Muhasabah sebelum beramal, berpikir dahulu sebelum melangkah.
- Muhasabah setelah beramal, introspeksi trhadap dampak perbuatan kita.
- mengetahui aib, kekurangan, dan kelemahan dirinya, serta berupaya mengurangi atau menghilangkannya.
- Istiqamah dalam menjalankan syariat Allah
- Mengetahui hak Allah terhadap manusia
- Meningkatkan kuelitas amal.
- Terhindar dari beratnya penghisapan pada dunia kiamat.(",)v